Abdullah Bin Abbas
“Muda Usianya, Luas Ilmunya”
“Yaa Ghulam, maukah kau
mendengar beberapa kalimat yang sangat berguna ? ”, tanya Rasulullah suatu
ketika pada seorang pemuda kecil.
Pemuda kecil tersebut mengangguk seraya berkata, “ tentu ya Rasulullah…”
“ Jagalah (ajaran-ajaran) Allah, niscaya kamu akan
mendapatkan-Nya selalu menjagamu. Jagalah ( larangan-larangan) Allah maka kamu
akan mendapati-Nya selalu dekat dihadapanmu”|
Pemuda kecil itu termangu di depan Rasulullah. Ia memusatkan
konsentrasi pada setiap patah kata yang keluar dari bibir manusia paling mulia
itu. “ kenalilah Allah dalam sukamu, maka Allah akan mengenalimu dalam
duka. Bila kamu meminta, mintalah kepada-Nya. Jika kamu butuh pertolongn,
memohonlah kepada-Nya. Semua hal itu telah ditulis. “
Pemuda yang beruntung itu adalah Abdullah Bin Abbas -tokoh
utama dalam kisah ini-, ibnu abbas begitu biasanya ia dipanggil. Dalam sehari
Ibnu Abbas menerima banyak ilmu. Bak pepatah ‘sekali dayung dua tiga pulau
terlampaui’, wejangan Rasullah saat itu telah memenuhi rasa ingin tahunya. Pelajaran
Aqidah, ilmu, amal sekaligus ia terima dalam sekali pertemuan.
Kaakraban Ibnu Abbas dengan Rasullah sejak kecil, membuatnya
tumbuh menjadi seorang lelaki berkepribadian luar biasa. Keikhlasanya seluas
padang pasir. Keberanian dan gairah jihadnya sepanas sinar matahari gurun. Kasihnya
seperti oase ditengah sahara.
Rasulullah pernah mendo’akannya : “ Ya Allah, berikan dia keahlian dalam agama-Mu,
dan ajarilah ia tafsir kitab-Mu”, sejak itulah seolah semua ilmu agama seakan
telah dikuasai oleh Ibnu Abbas.
Jarak umur yang begitu jauh, Ibnu abbas berumur 13 tahun saat
Rasulullah meninggal, akan tetapi meskipun Rasulullah telah berpulang Ibnu
Abbas tetap melakukan ‘perburuan’ ilmu.
Ia datangi sahabt-sahabat senior, ia bertanya tentang apa
saja yang mesti ditimbanya, tidak hanya itu, ia juga mengajak kawan-kawan
sebayanya untuk belajar pula. Ia ketuk satu pintu dan berpindah kepintu lain
rumah sahabat-sahabat Rasulullah. Tak jarang ia tertidur di depan rumah mereka,
menunggu tuan rumah yang sedang beristirahat. Tak jarang para sahabat terkejut
mendapati ibnu abbas tidur di depan pintu rumhanya.
“ wahai keponakann Rasulullaah, kenapa tidak kami saja yang
menemi anda ?” tanya para sahabat.
“ tidak ! aku lah yang mesti mendatangi anda. Ilmu didatangi
bukan mendatangi.” Ia menjawab dengan tegas. Begitulah sifat Ibnu abbas hingga
ia menjadi seorang pemuda dengan ilmu dan pengetahuan yang tinggi. Karena tinggi
ilmunya tak berimbang dengan usianya,ada orang yang bertanya,
“ waha ibnu abbas…bagaimana anda mendapatkan ilmu ini ? “
“ Dengan lidah yang gemar bertanya, dengan akal yang suka
berfikir.”, jawabnya.
Karena ketinggian ilmunya itulah ia kerap menjadi kawan dan
lawan berdiskusi para sahabat senior lainnya. Umar bin khattab misalnya, selalu
memanggil ibnu abbas untuk duduk bersama dalam sebuah musyawarah. Pendapat-pendapatnya
selalu didengar karena keilmuannya, sampai-sampai ia mendapat julukan ‘pemuda
tua’ dari Umar.
Do’a Rasullah kepadanya menjadikan ibnu abbas sebagai orang
yang mengerti perkara agama diantara semua sahabat rasulullah.
Pada masa Khalifah utsman, ibnu abbas mendapat tugas untuk
pergi berjihad ke afrika utara. Bersama pasukan dalam pimpinan Abdullah bin abi
sarh, ia berangkat sebagai mujahid dan juru dakwah. Di masa kepemimpina Ali bin
Abi Thalib, ia pun menawarkan diri sebagai utusan yang akan berdialog dengan kaum khawarij dan
berdakwah pada mereka. Sampai-sampai lebih drai 15.000 orang memenuhi seruannya
untuk kembeli ke jalan Allah yang bena.
Di Usia yang ke-71 tahun, Allah memanggilnya. Saat itu umat
islam benar-benar kehilangan seorng
dengan kemampuan dan pengetahuan yang luar biasa. “ Hari ini telah wafat ulama
umat”, kaya abu Hurairah menggambarkan rasa kehilangannya. Semoga allah
memberikan satu lagi penggantinya.

0 komentar:
Posting Komentar